Osingdeles: Balutan Modernitas dalam Jawa Klasik
- Aviva Apriany
- Sep 20, 2018
- 4 min read

Bagi teman-teman yang bertanya tentang pusat oleh-oleh terkenal di Banyuwangi, pasti jawabannya akan langsung mengarah pada Osingdeles. Tempat ini merupakan salah satu pusat oleh-oleh yang terkenal dan paling diminati. Namun, tempat ini bukan hanya pusat oleh-oleh semata. Osingdeles juga memiliki restoran yang terletak pada lantai dua bangunan ini. Terdapat pada gedung yang sama, kedua tempat ini memang sangat terkenal di Banyuwangi.
Tema dari kedua tempat ini dapat terlihat dari eksterior yang terdapat pada bangunan ini. Secara keseluruhan, bangunan ini memiliki konsep campuran antara modernitas yang membalut aksen Jawa-klasik. Nuansa moderen-klasik terlihat pada beberapa lampu yang tergantung pada lantai kedua bangunan ini. Bentuk atap yang menjorok keluar bangunan memberikan kesan klasik pada bangunan ini. Kesan moderen yang diberikan pada tempat ini ialah bentuk bangunan yang bergaya minimalis. Penempatan banyak lampu kecil pada bangunan ini juga memberi sentuhan modern.
Terdapat lahan parkir untuk mobil dan motor pada halaman depan tempat ini. Tersedia beberapa tempat duduk bagi teman-teman yang hanya ingin menunggu di luar bangunan. Pintu masuk dari restoran dan pusat oleh-olehnya pun berbeda. Pusat oleh-oleh tersebut menggunakan pintu masuk full-glass dengan aksen gagang khas Jawa-klasik. Gaya pintu ini pun mengikuti bangunan rumah Suku Jawa pada umumnya, yakni tidak terlalu tinggi. Jika teman-teman memasuki bagian pusat oleh-oleh, hal pertama yang menyambut di depan pintu ialah kaos-kaos. Di sebelah kanan, terdapat bagian makanan-makanan khas Banyuwangi. Penataan dari bagian-bagian ini cukup efektif menurutku. Hal yang cukup menarik ialah ada tiga tangga dekat pintu masuk. Dua tangga terhubung satu sama lain untuk akses menuju bagian aksesoris yang berada lebih tinggi satu meter dari lantai dasar. Satu tangga yang lain mengarah ke bawah, bagian pakaian anak-anak. Jika berjalan ke sebelah kiri, teman-teman akan melihat arahan ke bagian batik dan pakaian dewasa lainnya. Menurut saya, sebagai strategi marketing, kasir sengaja ditempatkan dekat bagian batik. Hal itu disebabkan oleh jalan menuju bagian batik akan melalui banyak bagian yang menarik.
Aksen yang banyak terlihat pada lantai pertama ini ialah kayu. Sebagian besar bagian di dalam bangunan ini adalah kayu. Hal tersebut membuat sentuhan konsep yang ada pada bangunan ini semakin kental. Memang, tidak terlalu banyak ukiran yang terdapat pada kayu-kayu di dalam ruangan tersebut. Gaya plafon ruangan tersebut juga benar-benar mengikuti gaya yang klasik atau kuno. Namun, dengan kombinasi aksen yang telah ada pada ruangan di sana itu memberikan kesan yang sangat baik untuk para pengunjung. Mungkin, memang tempatnya tidak terlalu besar, sehingga kekurangannya hany lah akan terasa sesak jika banyak pengunjung.
Pada bagian oleh-oleh atau buah tangan, tidak banyak gambar yang kuambil karena kurang pantas jika mengambil gambar dari sebuah toko. Namun, aku mengambil banyak gambar pada bagian restoran. Restoran ini terdapat pada lantai kedua bangunan ini. Kurang lebih tema yang digunakan pun sama. Eksterior restoran dapat dilihat lebih memunculkan kesan klasiknya, agak sedikit berbeda dengan pusat oleh-oleh. Pemanfaatan alam juga lebih terasa pada restoran yang berada pada lantai dua gedung ini.

Tidak terdapat pintu masuk untuk menuju restoran ini. Hanya terdapat tangga yang dihiasi oleh lampu-lampu kecil. Kesannya sangat klasik pada bagian tembok tangga. Hal itu disebabkan oleh penggunaan dan pemanfaatan batu-batu sebagai tembok yang bertekstur. Saat menaiki tangga, pengunjung akan langsung melihat penataan interior pantry. Setelah itu, akan terfokus pada beberapa desain kursi dan meja yang unik dan yang biasa. Kursi dan meja ada yang didesain menyerupai sepeda ontel. Terdapat juga beberapa kursi yang menyerupai dahan-dahan pohon. Cukup unik dan sangat cocok dengan temanya. Penggunaan material yang demikian, menghasilkan desain seperti itu, membuat tema yang digunakan lebih menonjol lagi. Namun, kesan "javanese" lebih terasa saat ada beberapa dekorasi yang mendukung, seperti susunan guci di salah satu sisi restoran. Selain itu, penggunaan mangkuk untuk mengambil camilan gratisnya pun menambah kesan klasik. Pihak restoran menggunakan batok kelapa untuk camilan tersebut.

Terdapat pula lantai ketiga untuk rombongan atau mengadakan acara. Konsepnya kurang lebih sama dengan yang ada di lantai dua ini. Ruangannya yang terbuka membuat restoran ini sangat ramah lingkungan. Kayu-kayu terlihat sangat mendominasi dekorasi dari restoran ini. Bahkan lampu gantungnya pun tergantung pada susunan kayu di langit-langit. Pembatas-pembatasnya juga beberapa terbuat dari kayu. Lantainya cukup sejuk karena bahannya adalah ubin. Diletakkan juga beberapa kaca-kaca sebagai penambah daya tarik dari interior restoran ini. Beberapa anyaman pun diletakan pada langit-langit tertentu sebagai dekorasi tambahan.

Pada gambar ini, sangat tergambarkan kesan modern dari sofa dan kursi-kursi hingga kacanya. Desain dari kursi dan meja yang ada memang tidak semuanya sama. Ada yang modern seperti gambar di samping, ada juga yang benar-benar dari kayu dan dibentuk dari susunan sepeda ontel. Beberapa tanaman juga menghiasi sudut-sudut dari restoran ini. Jika terlihat, pada kaca tersebut tercermin lampu gantung atau chandelier yang sudah saya jelaskan tadi bentuknya. Lampunya pun sangat klasik, seperti lampu yang sudah lama. Lampu-lampu yang mendominasi sebagai pusat penerangan adalah yang seperti di gambar.
Secara keseluruhan, tema yang terdapat pada restoran ini sudah sangat jelas terlihat. Desain-desain unik dan dekorasi tambahan yang ada membuat identitas restoran ini lebih menonjol lagi. Aksen-aksen tambahan seperti kayu-kayu dan tekstur temboknya menjadi nilai tambah dalam estetika. Tempat ini sangat baik untuk dikunjungi. Terlebih lagi bagi teman-teman yang memang menyukai keindahan interior dari suatu tempat.
Comments